Friday, November 20, 2009

Siap-siap masuk SD

Tahun depan Rania udah mulai masuk SD. Saya sering ditanya sama ibu-ibu di sekolah Rania, "rencananya Rania masuk masuk SD mana?"Saya pasti jawab, "belum tahu". Bukan karena saya males menjawab pertanyaan ibu-ibu itu, tapi memang saya belum tahu akan menyekolahkan Rania kemana. Di sekitar tempat tinggal saya, Ciledug City (biar gaya...), memang banyak SD bertebaran. Mulai dari SD Negeri di daerah Ciledugnya (wilayahnya masuk Tangerang) sampai ke daerah Joglo dan sekitarnya (masuk wilayah Jakarta Barat). Itu yg terdekat. Kalo mau agak jauhan dikit, sampai ke Kebayoran lama (masuk wilayah Jakarta Selatan). Itu baru yg SD negerinya. Kalo yg swasta, ada setidaknya 4 SDIT yg terhitung dekat sama rumah (masuk wilayah Tangerang) dan 2 SDIT yg ada di wilayah Jakarta.

Kebayang kan, dengan banyaknya pilihan sekolah membuat saya bingung harus milih yg mana. Kalo mau fair, ya semua sekolah memang harus didatangi. Tapi kan gak mungkin juga kalee. Dari sekian banyak SD negeri, yg saya sudah "incer" ada 2. Salah satunya SD Negeri Percontohan. Pertimbangannya, satu: SD negeri sekarang kan gratis, jadi apa salahnya menggunakan fasilitas yg sudah diberikan pemerintah. Dua: SD Negeri percontohan fasilitas dan sistemnya tentunya dikelola lebih baik dibanding SD Negeri lain. Tiga: Kalo bersekolah di SD Negeri tentunya Rania akan berkenalan dengan teman-teman yg lebih heterogen backgroundnya dibandingkan dengan SD swasta.

Tapi, dari sekian banyak SDIT ada satu juga yg saya "incer". Pertimbangannya, satu: SDIT pelajaran agamanya lebih banyak dibanding SD Negeri (maklum saya kurang paham ttg agama). Dua: SDIT yg saya incer, lingkungan sekolahnya baik dan murid-muridnya banyak juga yg berasal dari santri-santri yatim piatu yg dikelola oleh yayasan itu. Tiga: lokasi sekolah mudah dijangkau dari rumah. Sekali naik angkot aja.

Kalo ditanya ke Rania, saya takut dia gak objektif. Anak-anak kan cuma bisa menilai dari bagus tidaknya gedung sekolah. Dulu waktu mau masukin dia ke TK, yg dilihatnya cuma seberapa banyak mainan yg ada di sekolah. Kalo sekarang, kan gak bisa begitu. Gak bisa cuman dilihat dari gedung sekolah aja. Dia bakal ada di sekolah itu selama 6 tahun.

Saya doang yg heboh apa ibu-ibu yg lain ngerasain juga seperti saya ya???

Saturday, October 31, 2009

Keteraturan

Ada seorang ibu yang mengeluh anaknya yg sudah kelas 4 SD masih mengompol jika tidur malam. Ada juga seorang ibu yg merasa sulit mengatur tidur malam anak-anaknya. Ibu-ibu yang lain mengeluhkan anaknya yg sering jajan. Seringkali problem ini dihadapi oleh para ibu yang memiliki anak balita. Namun masalah-masalah ini dapat dikendalikan dengan memberikan disiplin sejak dini pada anak-anak.

Pendidikan disiplin bukan semata membayangkan bagaimana orang tua menerapkan aturan-aturan atau tata tertib kepada anak-anaknya. Bukan juga hanya menerapkan hukuman jika melanggarnya. Tapi disiplin adalah keteraturan. Cakupannya sangat luas, oleh sebab itu ada baiknya kita terapkan sedini mungkin pada anak-anak kita.

Pengenalan yg paling mudah adalah dengan melatih pola tidur. Pelatihan ini dapat dimulai dari sejak bayi. Bayi belum dapat membedakan siang dan malam. Mereka tidur dan bangun kapan saja mereka mau. Dan itulah tugas ibu untuk membentuk kebiasaan bagi mereka. Jangan biasakan mereka bangun terlalu lama di malam hari dan bangunkan mereka jika sudah siang hari dengan mengajaknya berjalan-jalan, main, dsb., hingga ketika tiba malam saat mereka sudah mulai mengantuk. Memang pada awalnya tidak mudah mengatur jadwal tidur bayi-bayi, tapi jika sudah terbiasa akan lebih memudahkan orang tua untuk mengatur jadwal kegiatan yg lain. Biasanya pengaturan pola tidur berhubungan dengan pengaturan pola makan dan minum susu. Oleh sebab itu, pengaturan pola makan dan minum susu juga harus dilatih dan disesuaikan dengan pola tidur.

Untuk usia 1 - 2 tahun
Pemberian disiplin yang bisa dilatih biasanya:
- Pelatihan buang air kecil, misalnya dengan mengajak anak pipis di kamar mandi pada jam-jam yg rutin setiap harinya seperti bangun tidur, pulang dari bepergian, menjelang tidur dan saat tengah malam (untuk menghindari mengompol).
- Jadwal tidur dan bermain. Pilihkan jam tidur secara cermat untuk anak, juga seberapa lama mereka butuh tidur, agar ketika terbangun kondisi mereka segar dan siap untuk bermain.
- Selalu mengenakan sandal ketika keluar rumah.
- Selalu mendahulukan tangan kanan
- Berdoa sebelum makan

Untuk usia 2 - 3 tahun
Pemberian disiplin yang bisa dilatih biasanya:
- Toilet trainning bisa semakin ditingkatkan dan biasanya anak akan memberi tahu jika ingin buang air kecil dan besar
- Menggosok gigi setidaknya dua kali sehari
- Mengembalikan mainan ke tempatnya
- Mengucapkan terima kasih
- Berdoa sebelum sesudah makan dan sebelum tidur

Untuk usia 3 - 4 tahun
Pada umur 4 tahun keahlian anak sudah mulai terasah
- Membuang sampah di tempat sampah
- Meletakkan pakaian kotor di tempat cucian
- Mandi sesuai jadwal di pagi dan sore hari
- Kebiasaan berdoa sudah mulai meningkat
- Mampu ke warung sendiri
- Jadwal jajan, misalnya hanya dibolehkan sehari sekali atau setelah mandi dsb.

Untuk usia 4 - 5 tahun
Pemberian pengaturan biasanya:
- Menyiapkan sendiri keperluan sekolah, seperti menyiapkan buku
- Tanggung jawab ringan seperti membantu membuang sampah, membereskan mainan, menyemirkan sepatu ayah, menyiram pohon dsb. PIlihkan tanggung jawab yg mereka sukai, biarkan mereka melakukannya sembari bermain-main.

Untuk usia 5 - 6 tahun
Pemberian disiplin biasanya:
- Pengenalan jadwal belajar di siang hari atau malam hari, walaupun hanya 15 menit
- Sholat subuh
- Tidur siang dan tidur malam sudah lebih ditingkatkan, karena anak sudah punya kewajiban bersekolah setiap harinya

Untuk usia 6 - 7 tahun
Sudah dapat diberikan pengaturan dalam hal:
- Jadwal mengaji
- Sholat lima waktu
- Tanggung jawab memelihara barang sendiri, seperti mencuci sepatu, tas, sepeda dan barang-barang milik mereka sendiri.

Tapi, jangan dilupakan bahwa mendisiplinkan anak-anak harus diawali oleh para orang tua. Anak-anak adalah seorang pencontek yg ulung. Apa yg mereka lihat dan mereka dengar, itulah yg akan mereka lakukan. Oleh sebab itu, para orang tua juga harus mulai mendisiplinkan diri mereka supaya terbentuk sikap keteraturan yg berkesinambungan dalam keluarga. Jadi teringat ucapan Aa Gym yg sudah terkenal, mulai dari diri sendiri, mulai dari yg kecil dan mulai dari sekarang.

Keteraturan akan menjadi sebuah kebiasaan. "Pada awalnya kita membentuk kebiasaan, lama kelamaan kebiasaanlah yg akan membentuk kita."
 

Monday, October 26, 2009

Sepedaan di Ancol

Hari Ahad kemarin, saya dan keluarga main sepeda di Ancol. Pernah denger dari kakak ipar, katanya masuk Ancol dari jam 06.00 - 09.00 cuma bayar Rp.6.000 per orang. Jadilah saya dan keluarga main sepedaan di Ancol. Berangkat jam 05.30 dari rumah. Sepeda sudah dimasukin ke mobil dan perbekalan sudah disiapin. Anak-anak yg masih pada tidur, digotong ke mobil. Sampai Ancol jam 06.00 dan langsung kita ke pantai carnavalnya. Ternyata hari itu pas banget sama acara launching Ancol Commuter, yaitu komunitas sepeda di Ancol. Wah, rame banget sama biker-biker. Udah gitu, pas juga ada penyewaan 200 buah sepeda gratis. Gratisnya cuma 1 jam, setelah 1 jam bayar sewa Rp.10.000 per jam. Gak papa lah, lumayan buat jalan-jalan mengelilingi Ancol (gak mengelilingi deng... cuma dari pantai carnaval ke McD aja). Setelah tanya-tanya gimana cara sewanya, suami pun menyewa dua buah sepeda. Dengan memberikan SIM sebagai jaminan, sepeda pun bisa kami sewa.

Jalan-jalan bersepeda di jalan raya memang ribet dan kudu hati-hati. Kalo gak, salah-salah kita di klaksonin terus sama mobil-mobil. Masih untung cuma diklaksonin, kalo diseruduk dari belakang, gimana? Apalagi mengawal anak-anak seumuran Rania dan Raya, harus ekstra pengawasan. Biasanya kami bersepeda di Sudirman -Thamrin kalo hari Ahad. Lebih lengang dan bebas.. bas..bas. Gak usah takut diklaksonin atau diseruduk mobil.

Setelah setengah jam sampai juga kami di pinggir pantai. Dengan suasana pantai yg masih sepi dan angin sepoi-sepoi, asik banget jadi tempat rekreasi sama anak-anak. Kata kakak ipar ada sunday market, itu tuh ada juga yg jual ikan, udang, cumi yg masih seger, trus ada juga tempat makan di tenda-tenda. Tapi kemaren saya gak liat. Mungkin tempatnya beda kali ya. Untung saya membawa perbekalan dari rumah, jadi bisa santai sarapan sambil menikmati suasana pantai. Mantabb...

Puas di pantai, kami balik lagi ke pantai carnaval. Mengembalikan sepeda sewaan, lumayan kata suami masih ada 20 menitan lagi, jadi gak perlu bayar tambahan sewa.

Selesai urusan sepeda, kami lihat-lihat dulu acara Ancol Commuter. Ada acara panggung yg seru dengan bagi-bagiin door prize. Karena makin siang makin panas, jam 08.30 kami pulang. Selesai sudah acara sepedaan di Ancol.

Saturday, October 24, 2009

Safari Malam

Udah lama mo ngerasain safari malam di Taman Safari, baru kesampaian sekarang.Saya sering denger cerita temen-temen gimana asiknya menikmati suasana hutan di malam hari. Akhirnya saya ngerasain juga. Safari malam dibuka mulai jam 19.00 - 21.00. Keliling dengan mobil terbuka di tengah suasana hutan, terasa seru campur deg-degan.

Turnya dimulai dari restoran rain forest, lalu naik menuju ke rumahnya binatang-binatang. Pertama kita lihat rumahnya hipo, tp karena malam jadi hipo-nya lagi bobo. Lanjut ke rumah jerapah. Menuju rumah jerapah kita ditemenin sama rusa dan antelope yg berkeliaran sepanjang jalan. Kata tour guidenya, rusa dan antelope memang nggak di kasih rumah, karena mereka bisa tidur dimana aja. Awalnya kita lihat rumah binatang-binatang yang nggak seremm. Setelah itu baru kita ngeliat rumahnya harimau dan temen-temen gengnya. Terus terang saya takuttt. Ngeri aja ngebayangin kita lewat di depan rumah harimau dengan mobil terbuka dan suasana gelap (karena lampu-lampu di mobil tur-nya dimatiin semua). Anak-anak juga takut, mungkin karena lihat saya sedikit panik (sedikit?? kalo rasanya mau keluar lompat dari mobil dan lari balik ke restoran lagi, itukan cuma sedikit panik, iya kan?!?).

Lewat di depan rumahnya harimau yg bernuansa India (mungkin karena India terkenal dengan harimau putih Benggalanya), saya gak lepas-lepas pegangan tangan sama suami. Kalo tempatnya bukan di Taman Safari mungkin saya akan dibilang romantis (huekkk...). Sambil komat-kamit saya berdoa, Ya Allah, tidurkanlah semua harimau-harimau itu. Kalo didenger suami saya mungkin dia marah-marah (udah bayar mahal cuma liat harimau tidur). Akhirnya, selesai juga nge-lewatin rumahnya harimau. Alhamdulillah.

Setelah lewat yg serem-serem, saya dan anak-anak jadi lebih enjoy menikmati suasana dinginnya hutan di kaki gunung Gede Pangrango ini. Eh, lagi asik-asiknya menikmati suasana dan penjelasan dari tour guidenya, kami dikejutkan oleh suara tembakan. Oh, ternyata kata mbak guide-nya, ceritanya ada penembak liar yg sedang berburu binatang-binatang untuk diperjualbelikan kulit ataupun gadingnya.

Abis tembak-tembakan, selesai sudah perjalanan safari malamnya. Lalu kami disuguhi penampilan akrobat Fire Dance. Wuihh... hebat banget deh orang-orang yg tampil. Bisa mainin api segitu lihainya. Seruuu...

Harga tiket masuknya kalo safari malam memang lebih mahal dibanding kalo kita ke sana siang hari. Harga tiket dibandrol Rp.75.000 dengan jam operasi dari jam 19.00 - 21.00 dan cuma buka sabtu malam aja. Udah gitu, gak bisa liat aneka permainan dan aneka satwa kayak siang hari. Maklum deh, binatangnya pada bobo. Tapi yang bikin seru memang suasana hutannya dimalam hari. Saran saya kalo ke sana pake sweater or jaket. Trus buat anak-anak bawa kaos kaki dan pake celana panjang. 

Note

Di facebook ada tempat kita untuk tulis menulis apa aja yg biasa disebut "note". Tapi saya belum pernah tulis menulis di situ. Rasanya belum siap untuk sharing sesuatu ke temen-temen yang bisa bikin saya malu. Lho kok malu??? iya soalnya, biasanya komentar di facebook lebih "rese" dibanding MP. Kalo saya tulis di MP biasanya cuma tulisan ngalor ngidul, cuma tulisan curhat gak jelas dan gak banyak orang yang liat (maap nih sahabat2 MP yang suka males baca tulisan saya). Karena saya tidak berlatar belakang belajar sastra, cuma suka nulis diary (duluuu), jadinya kalo nulis isinya curhat-an doang.

Tapi sekarang2 ini, sudah mulai banyak temen2 saya di facebook yang "memberanikan diri" tulis menulis dalam "note"nya di facebook. Malah ada beberapa yang - gak saya sangka - bagus2 tulisannya (ihh... jadi minder). Makanya saya nulis di MP aja lah. Dulu sempet MP saya di beri pujian sama kakak ipar, katanya "enak baca tulisan kamu, ceritanya mengalir dan bahasanya gak ribet." Saya jadi kembang kempis dengernya (maksudnya GR). Dulu juga sempet saya masukin alamat MP saya di facebook, tapi kemudian saya "hide". Gak enak juga kalo banyak orang tahu tentang pribadi saya (ihh... sok ngartis banget seh).

Jadi akhirnya, ya sutralah nulis di MP aja. Lebih private, lebih bergengsi (masak seh?!?) dan lebih santun orang-orangnya (cieee....).

Friday, October 23, 2009

Cerita Ayi

Malam itu Ayi terbangun dari tidurnya, mendapati suaminya sudah terlelap di sebelahnya. Tadi sore, suaminya mengirim sms mengabarkan akan pulang telat karena harus menyelesaikan pekerjaan di kantor yg sudah deadline. Malam itu adalah malam keempat suaminya pulang sampai tengah malam.

Sebelumnya jarang sekali suami Ayi pulang sampai larut malam apalagi sampai lembur, karena bisa dibilang suami Ayi jarang sekali bekerja sampai lembur. Namun beberapa hari ini berbeda. Ayi sebenarnya tidak mau berburuk sangka pada suaminya, tapi yg namanya istri ya sah-sah saja kan sedikit curiga.

Ayi memandang wajah suaminya. Terlihat gurat-gurat kelelahan disana. Ayi lalu mengecup kening suaminya dan menyandarkan kepala di dada suaminya. Ayi mengelus tangan suaminya seraya berdoa, "Ya Allah, jadikanlah tangan ini tangan yg kuat, yang bisa mengerjakan pekerjaan yg halal. Dan jadikanlah tangan ini tangan yg lembut yang hanya akan menyentuhku."

Ayi lalu mengelus paha suaminya seraya berdoa,"Ya Allah, jadikanlah kaki ini kaki yg kuat, yang mampu berjalan mencari nafkah yg halal. Dan jadikanlah kaki ini kaki yg cepat untuk segera pulang ke rumah menemuiku."

Ayi lalu mengelus dada suaminya seraya berdoa, "Ya Allah, jadikanlah badan ini badan yg sehat yang dapat menahan segala penyakit dan selalu dapat memelukku dan anak-anakku."

Ayi lalu mengecup pipi suaminya seraya berdoa, "Ya Allah, ampuni aku karena mencintai suamiku melebihi apapun, karena aku takut kehilangannya. Ya Allah, jadikanlah kami pasangan suami istri di dunia dan akhirat. Jikalau kami diberi umur panjang, berikanlah kami kesanggupan untuk menjaga dan mendidik anak-anak titipan-Mu, ya Allah."

Amin...


Tuesday, October 20, 2009

Cleopatra Stratan

Suami saya lagi copy lagu ke kompi sambil ditemenin (baca: digangguin) sama anak-anak. Wah asyik (dalam hati saya) bisa denger lagu-lagu baru. Nggak lama kemudian udah kedengeran lagu yg musiknya asik banget. Dari dapur saya langsung ke kamar, penasaran lagu apa yg di copy suami. Sampe kamar saya ngeliat anak-anak n bapaknya lagi jingkrak-jingkrak denger lagu ini. "Lagu apa sih ni?" Kok kedengerannya kayak suara anak kecil yg nyanyi, bahasanya pun kayak bukan inggris, hmm apa ya? Perancis! ah bukan, apa spanyol ya? "Ini zunea zunea, yg nyanyi emang anak kecil." kata suami.

Lagu zunea zunea emang enak di denger. Ceria, khas anak kecil. Ternyata yg nyanyi adalah Cleopatra Stratan. Bocah Rumania, yang umur 3 tahun udah bikin album, jadi artis yg paling muda yg perform live selama dua jam di depan ribuan penonton, artis cilik dengan bayaran paling tinggi dan penerima award MTV paling muda. Kalo liat video klipnya di you tube, memang lucu banget nih bocah. Jadi inget dulu Jordy, bocah Perancis yg nyanyi Dur Dur D'etre bebe (semoga ejaannya bener). Lagunya ampe sekarang saya masih inget.

Kalo di Indonesia, lagu anak-anak booming tahun 90-an. Ada Trio Kwekkwek, Joshua, Chikita Meidy, Sherina, Enno Lerian dll. Sekarang???  Dunia penyanyi cilik Indonesia sekarang kosong, karena mereka yg saya sebutin tadi udah beranjak dewasa. Anak-anak sekarang seperti kehilangan idolanya. Yang banyak malah penyanyi band yg sering banget bersliweran di TV, radio dan mall. Alhasil, anak-anak kecil kayak Rania dan Raya yg jadi korban lagu-lagu Ungu, The Potters, D'Massive, ST12 yang tema lagu2nya bukan untuk anak-anak. Sedih memang, tapi apa mau dikata. Mau melarang anak-anak nonton TV sih bisa aja, tapi kalo pergi ke mall atau ke luar, pastilah lagu-lagu itu sering diputer.

Apa kita bikin anak kita jadi artis kayak Cleopatra aja ya??? hehehe...

Monday, September 28, 2009

Karir dan keluarga

Sudah 2 tahun saya berhenti bekerja. Mengapa? alasannya sederhana. Saya tidak bisa mengatur waktu antara pekerjaan kantor dengan pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan di kantor kadang mengharuskan saya untuk lembur sampai malam, dan kadang lembur itu dilakukan berhari-hari, sehingga saya tidak bisa melakukan kewajiban saya di rumah. Walaupun di rumah ada yg membantu menjaga anak-anak dan merapikan rumah, tapi rasanya keluarga saya butuh lebih dari itu. Jika saya berada di kantor, saya cuma bisa menelepon anak-anak. Jika saya pulang dari kantor, saya sudah kelelahan untuk bermain bersama anak-anak. Kadang mengobrol dengan suami pun jarang saya lakukan, karena kami berdua sudah kelelahan.

Menyesalkah saya berhenti dari pekerjaan? Jika pertanyaan itu diajukan 3 bulan setelah saya mengundurkan diri, jawabannya adalah ya, saya menyesal. Tapi jika pertanyaan itu diajukan sekarang ataupun tahun2 depan, maka jawabannya adalah tidak, saya tidak menyesal. Kok gitu?? Karena saya sudah melihat hasilnya.

Sejak saya berhenti bekerja, semua urusan anak-anak saya yang pegang. Semua kegiatan yg berkaitan dengan anak-anak - bukan cuma makan dan mandi - kayak main, jalan-jalan, belanja dan sekolah, saya yg urus. Pekerjaan rumah  yg tadinya saya malas (dan buta??) untuk dilakukan, saya kerjakan semua. Capek gak?? ya iyalah. Saya sering berkeluh kesah ke suami, mengadukan nasib saya (kayak org tertindas aje).

Hasil akhirnya ???
Anak-anak jadi anak mama semua!!! Ayahnya juga... (hehehe, kalo yg ini dari dulu deng)  Yaaa... pada manja dong. Weitss.. ntar dulu. Maksudnya anak mama ya jadi deket dan lengket sama mamanya. Rania jadi rajin belajarnya (dulu kalo ketemu saya maunya main melulu), lebih terkontrol bahasa dan perilakunya (dulu paling seneng nonton sinetron, skrg nonton TV saya batasi). Raya jadi lebih apa ya? Kalo Raya rada susye liat perkembanganya, soalnya saya berhenti kerja, Raya baru umur 1,5 tahun. Hmmm... o iya. Kalo Raya, saya jadi bisa ngikutin perkembangan kesehatannya. Saya jadi tau kenapa berat badannya gak naik2. Itu gara-gara dia punya flek di paru-parunya. Saya jadi harus lebih fokus mengurus Raya yg minum obat selama 1 tahun.

Ada efeknya gak buat suami?? ya jelas ada. Suami jadi lebih tenang kerjanya karena ada istri di rumah yg menjaga anak-anaknya (ini pengakuan suamiku lho..). Saya jadi lebih bisa dan leluasa mengurus suami (yg ini juga gak salah deh, suamiku memang typical susah gemuk alias kurus). Suami di rumah juga jadi bebas bergerak tanpa ada orang lain yg bikin sungkan. Dulu waktu ada pembantu, paling males pergi ke area belakang rumah. Sekarang malah bisa masak sendiri dan bantu2 saya nyuci baju. Bravo ayah...

Kalo saya gak kerja, rezekinya berkurang dong???
Insya Allah, rezeki buat saya dan anak-anak datangnya bisa lewat suami. Insya Allah, rezekinya jadi barokah, karena dicari dengan suasana hati yg tenang (ceileee...). Amin



Saturday, September 5, 2009

Sekolah Baru

Awal tahun ajaran ini, Rania pindah sekolah ke TK umum. Banyak perbedaan dalam sistem pengajaran antara sekolahnya yg dulu (Raudhatul Athfal) dan TK umum. Di sekolahnya yg dulu, setiap berdoa (mulai belajar, mulai makan, mau pulang) dan setiap yel-yel , semua berbau islami. Tapi, di TKnya yg sekarang, semua doa diucapkan selalu bersama dengan artinya.

Kenapa kok Rania bisa pindah ke TK umum? Karena teman-teman rumah Rania bersekolah disana, jadilah Rania minta dipindahkan ke sekolah itu. Saya berpikir, ya sudahlah, yg penting anaknya tidak mogok sekolah lagi. So far so good. Setiap dibangunkan pagi untuk sekolah sudah tidak ada lagi adegan pemaksaan, tidak ada lagi adegan tangis-tangisan. Dengan patuh Rania mau saja disuruh mandi dan bersiap-siap sekolah. Alhamdulillah...

Sekolah baru ternyata membuat Rania jadi lebih fresh. Teman-teman baru juga membuat Rania jadi lebih pede. Apalagi dengan guru baru, yang ternyata masih kenalan dekat dengan kakak ipar saya, membuat Rania jadi lebih semangat. Alhamdulillah...

Ayo Nak, jangan malas sekolah lagi ya... kalo Rania semangat, mama jadi ikut semangat...
Semangat!!!

Wednesday, April 29, 2009

Yogya part 1


Tgl 3 - 5 April 2009 lalu saya sekeluarga pergi ke yogya. Kenapa Yogya? Ada sesuatu yang dikangenin sama Yogya. Kesederhanaan orang-orangnya, suasana kotanya, atmosfir jawanya tuh saya suka. Terakhir saya ke sana 5 atau 6 tahun yang lalu. Makanya waktu suami ngajak pikinik ke yogya, saya seneng banget.

Tgl 3 April
Suami pulang cepat dari kantor. Kami naik flight Air Asia jam 15.30. Raya dan Rania excited banget, karena baru pertama kali naik pesawat.Sejak saya bilang ke anak-anak bahwa kami mau ke Yogya naik pesawat, sejak itulah mereka gak berhenti berceloteh tentang pesawat.  Alhamdulillah, cuaca di Jakarta sore itu bagus.

Rupanya, cuaca bagus di Jakarta tidak sejalan dengan di Yogya. Hujan turun deras sekali. Pilot memberitahu bahwa sulit mendarat di Adisucipto. Jika cuaca makin tidak mendukung, maka pesawat akan transit ke Juanda, Surabaya. Duh... saya deg-degan dan berdoa semoga tidak terjadi apa-apa. Lumayan lama juga pesawatnya berputar-putar menunggu cuaca membaik. Tapi akhirnya, pilot memberitahu bahwa pesawat bisa landing di Adisucipto. Alhamdulillah...

Jam 17.35 selesai di airport trus kami naik taksi ke Grage Ramayana, hotel tempat kami menginap. Ongkos taksi dari airport ke Jl. Sosrowijayan, Rp.50rb. Sampai di hotel, kami istirahat sebentar lalu karena laper dan hujan mulai reda, kami jalan-jalan ke Malioboro sekalian cari makan. Jadilah kami makan di lesehan. Menunya sama aja kayak warung pinggir jalan depan komplek rumah kami, Pecel lele. Kata suami, jauh-jauh ke Yogya makannya kok kayak di Ciledug. Ya gak pa pa lah, malam pertama ngerasain pecel lelenya Yogya. Harganya sama kayak di Ciledug cuma bedanya disini pake PPN 10% (begitu kata mas penjualnya, mungkin maksudnya PPb I kali yeee). Ya sutralah, itung-itung bantu Pemda Yogya nambah 10% masih wajar. Eh ya, di tempat makan lesehan ini banyak penjual jasa lukis karikatur. Buat yg mo wajahnya dilukis bisa nego dengan tarif per wajah. Kalo yg suka bermuka dua ya bayarnya lebih mahal. Hehehe...

Abis perut kenyang, kami melanjutkan ke UGD Dagadu di Jl. Pakuningratan. Karena cuma punya waktu sebentar, kami gak bisa liat-liat dengan santai. Ini adalah belanja baju tercepat yg pernah saya lakukan. Keluar dari Dagadu udah jam 22.00, trus balik lagi ke hotel untuk tidur.

Tgl 4 April
Matahari ceria banget. Saya udah mulai bikin planning jalan-jalan. Karena cuma punya waktu 1 hari setengah utk jalan-jalan, saya mesti milih-milih lokasi wisata. Pengennya sih semuanya di jalanin, hiks...hiks... tapi gak bisa. Ya udah, akhirnya hari ini tujuan wisatanya adalah Temple tour. Setelah mandi, sarapan dan siap-siap, kami pun berangkat pake mobil rental yg di sewa Rp.300rb selama sepuluh jam. Tujuannya Candi Prambanan, Kaliadem dan Candi Borobudur. Kalo masih ada waktu mampir ke alun-alun.

Candi Prambanan hari ini lagi diperbaiki. Tiap candi belum bisa dimasuki seperti dulu. Karena gempa Yogya, Mei 2006, Prambanan sampai hari ini masih direnovasi. Maklumlah, nggak gampang menyusun lagi replika batu-batuan yg umurnya udah ratusan tahun. Puas foto-foto, kami melanjutkan perjalanan. Oh ya, tiket masuk ke candi Prambanan bisa dibeli pake tiket terusan. Tiket terusannya ada dua, yg satu objek wisata ke Prambanan-Borobudur, yg kedua Prambanan-Borobudur-Boko. Kami beli yg wisata ke Prambanan-Borobudur seharga Rp.24rb per org.

Perjalanan lalu lanjut ke Kaliadem, Cangkringan. Kaliadem dulu adalah tempat wisata kayak Cibodas gitu. Dari Kaliadem, kita bisa liat Merapi dengan jelas. Saya penasaran mau liat bekas muntahannya gunung Merapi. Ternyata, Masya Allah, rumah-rumah deket situ sekarang udah gak keliatan, tertutup pasir. Saya juga ke bunker tempat 2 relawan meninggal waktu Merapi meletus. Serem juga liat tempat itu sekarang, karena ngebayangin kejadian saat itu. Gemuruh Merapi yg mau meletus, ada gempa kecil, trus awan panas yg kayak lari mengejar kita (kecepatan awan panas dengan jarak 1km, bisa sampe dalam hitungan detik). Relawan itu sembunyi dalam bunker yg didalamnya ada tabung oksigen, lampu dan makanan seadanya, ditutup sama pintu yg tebelnya minta ampun dan berlapis-lapis pula. Tapi ternyata, relawan itu ditemukan meninggal, setelah tim SAR menggali lubang bunker karena tertutup pasir dan batu besar setinggi kira2 4 meter. Innalillahi, semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik buat mereka. Amin...

Dari Kaliadem, perjalanan saya lanjutin ke Borobudur. Disini ada peraturan baru. Setiap pengunjung tidak diperbolehkan bawa makanan dan minuman, kecuali untuk bayi. Semua tas makanan dan minuman harus dititipin sama petugas. Borobudur masih terlihat gagah seperti dulu. Hari ini pengunjung tidak terlalu banyak, mungkin karena bukan musim liburan. Matahari panas menyengat. Kalo jalan-jalan ke candi jangan lupa bawa payung atau topi. Rania udah mulai bete kecapekan. Jadi kita cuma sebentar di Borobudur. Dari Borobudur udah jam 15.30. It's time to go back.

Wednesday, April 1, 2009

Masak yuk

Saya bukan termasuk golongan perempuan yg anti masak. Saya suka masak, kalo bisa. Saya seneng ke dapur, kalo ada waktu. Saya bisa masak, kalo tau bumbunya. Saya doyan makan, ini pasti. Sudah jadi rahasia umum di antara temen2 kuliah saya, kalo dulu saya masuk dapur seminggu paling banyak 3 kali. Hehe... ketahuan gak pernah cuci piring dong ya....Dan udah jadi rahasia umum juga di antara temen2 kantor saya, kalo selama 28 tahun saya hidup belum bisa bedain mana lengkuas dan kencur, jadi belum bisa masak sayur asem, sayur lodeh dsb. Merananya nasib saya dulu.... Eits... jangan dulu berpikir saya males banget. Saya tuh gak pernah punya kesempatan belajar masak dari dulu. Mama saya jarang masak. Kalaupun mau masak biasanya udah dibuatin pembantu. Begitu saya menikah, urusan masak pun ada pembantu. Jadi gimana ya, saya terlalu tergantung dengan pembantu.

Sekarang, I'm the boss of the house. Gak ada sharing kepemimpinan lagi buat urusan dapur dan masak. Semuanya saya yg mengatur. Mulai dari bikin menu makanan, belanja tiap pagi ke tukang sayur, dan masak memasak jadi kerjaan tiap hari. Masakan saya gak jauh-jauh dari sayur sop, sayur bayam, capcay. Cuma tiga itu yg saya bisa sekarang. Itupun setelah berkali-kali nyoba dan telpon ke mertua (kebetulan mertuaku jago masak dan masakannya enak banget). Lauknya beli yg tinggal di goreng, kayak nugget, sosis n telor.

Lama-lama bosen juga masak itu2 aja. Saya mulai punya nyali untuk coba bikin masakan yg lain dari biasanya. Ayam gulai. Hehe.. buat orang lain itu mah udah biasa kali ya. Buat saya itu bener2 masakan baru yg kudu dicoba. Saya telpon ke mertua, apa bumbunya. Setelah dijelasin kok repot banget ya. Saya tanya aja, ada yg udah jadi gak sih bumbunya. Kata ibu mertua, buanyakk buanget dijual yg udah jadi. Wah, saya langsung mantep. Iya, hari ini masak ayam gulai, titik.

Saya ngacir ke tukang sayur, nanya bumbu ayam gulai. Si mbaknya bilang, ada bu. Alhamdulillah, jadi juga nih masak gulai. Sampe rumah, saya praktekin apa yg dikasih tau sama ibu mertua. Setelah kira-kira setengah jam lebih, masakannya  siap. Dan, yg bikin deg-degan adalah saat mencoba. Jangan sampe rasanya jadi aneh, karena kalo rasanya aneh, saya bingung nge-benerinnya. Lagipula sayang kan kalo ternyata gak kemakan gara-gara rasanya amburadul. Bismillah, saya ambil kuahnya seujung sendok, sambil ngecap-ngecap. Hmmmm.... enak juga. Kayaknya udah gak perlu ditambah bumbu lain-lain. Tinggal nunggu komentar dari anak-anak dan suami tercinta nih.

Sore hari pas suami pulang, saya langsung aja ngajak dia makan. Dia nanya, "beli di padang mana?" Hah, beli di mana? Gak salah denger nih. Saya langsung aja bilang, "tukang masaknya bukan org Padang tuh, orang Jawa". Suami langsung ngerti, kalo ternyata yg masak adalah saya. Wah, saya jadi ge-er disejajarkan sama koki-koki restoran padang. Alhamdulillah, anak-anak juga gak ada yg protes. Jadi, sukseslah bikin ayam gulai untuk pertama kalinya.

Suami pernah bilang kalo saya bisa masak modalnya cuma satu yaitu telepon. Maksudnya, kalo mau masak tinggal telpon mama saya atau ibu mertua. Hehehe.....Thanks moms.

Perasaan atau logika ?


Saya nonton acara realigi di salah satu stasiun TV yg baru aja menangin Panasonic Awards paling banyak. Episodenya ttg seorang ayah yg tega jual anak perempuannya demi uang. Yg lapor ke tim Realigi adalah si istri, yg udah gak kuat melihat kekejaman suaminya menjual anak perempuannya ke siapa saja. Inti ceritanya, si istri berusaha menjauhkan si anak perempuan dari bapaknya supaya gak dijual ke laki2 hidung belang. Tapi selalu berhasil ditemukan lagi sama bapaknya. Sampai suatu hari, si bapak berhasil menjual anak perempuannya ke laki2. Tim realigi pun berhasil melacak keberadaan si anak dan si bapak, yg kebetulan si bapak lagi transaksi dgn laki2 itu di suatu hotel di puncak. Lalu terjadilah ribut2, saling maki antara suami istri, saling dorong dan pukul, pokoknya ricuh deh, sampai akhirnya si anak perempuan berhasil diselamatkan oleh tim realigi. Dan, gak tau gimana, si bapak meninggal (ini yg saya gak tau pasti karena apa) di rumah sakit dengan badan penuh darah. Si istri yg tadinya begitu bencinya pada suami, jadi menangis meraung-raung. Mungkin merasa kehilangan. Si anak pun ikutan menangis meraung-raung.

Suami saya berkomentar, "ih, tadi dimaki-maki. Sekarang udah meninggal kok malah ditangisin, bukannya si istri tadi benci banget sama suaminya. Emang sih perempuan kadang suka gak konsisten".

Saya pun menanggapi komentar suami, "itulah Yah, kasih sayang perempuan gak ada habisnya. Walaupun suaminya kejam kayak apa, tetep aja istrinya merasa kehilangan dan sedih"."Hilang deh semua benci, yg ada sekarang tinggal rasa sayangnya ke suami, jadi bukan perempuan itu gak konsisten". Saya pun jadi membela kaum saya.

Memang, kaum perempuan, seringnya memandang sesuatu lebih dulu dengan perasaan bukan dengan logika. Teman saya pernah bilang, jika mau jadi seorang wanita yg profesional, jauhkan perasaan, pakailah logika.

Kadang-kadang saya juga melihat sesuatu secara subjektif. Contohnya, saya lebih memilih rumah sakit tempat mama saya melahirkan yang tempatnya jauh, daripada rumah sakit terdekat yg fasilitasnya lebih bagus. Padahal kalo dipikir2 sekarang, RS yg saya pilih itu jauhnya 12Km dari tempat tinggal saya, jadi kalo diukur pake waktu perjalanan yg lancar (gak pake macet) kira2 1,5 jam.Kalo macet...? hehe..gak tau deh. Saya merasa saya secure di rumah sakit itu, karena mama saya melahirkan ketiga anaknya di RS itu. Subjektif gak sih...?

Tapi saya tidak memandang ke-subjektif-an saya itu sebagai suatu kelemahan. Malah kelebihan, karena cuma para wanita yg diberi fitrah itu.

Thursday, March 12, 2009

Bantuin dong

Kalo ada pilihan, ngerjain kerjaan rumah dpt bonus tidur siang, apa kerjaan kantor dari pagi sampe sore? Pilihan saya pasti yg kedua. Kok gitu? iya, karena saya merasa pekerjaan rumah gak ada habisnya. Kalo kerjaan di kantor jam 5 selesai dan bisa istirahat sampe pagi. Kalo kerjaan rumah? nunggu anak-anak dan suami tidur dulu baru bisa istirahat. Kok kelihatannya kejam banget ya...

Sejak gak ada pembantu, semua pekerjaan rumah saya lahap sendiri. Tapi ya... begitu deh, gak optimal. Pagi-pagi sebelum anak-anak bangun tidur, saya mulai bebenah, nyapu, masak (cieee...), diselingi nonton TV. Kalo anak-anak udah bangun, mulai deh ngurusin dua bocah lucu2 itu, sampe sore. Setelah anak-anak mandi sore, baru saya bebenah lagi, menanti suami pulang dari kantor. Begitu setiap hari. Capek gak..? Ya iyalah.

Pernah suatu malam, saya minta suami temenin anak-anak main. Dia bilang, "aku capek nih, tadi banyak banget orang yg mau konsultasi". Saya kesal dan bilang, "aku juga capek seharian di rumah, sekali-kali dong jam kerja aku juga dibatasin". Suami akhirnya mengalah. Setelah anak-anak tidur, suami bilang, "Ma, kalo capek cari pembantu aja. Gak usah ngoyo ngerjain kerjaan rumah. Rumah berantakan sedikit gak apa-apa, anak-anak gak mandi sore juga gak apa-apa, yang penting Mama sama anak-anak baik-baik aja dan senang di rumah."

Deggg.... uh... mau nangis rasanya denger suami ngomong itu. Ternyata pekerjaan rumah yg selama ini jadi prioritas saya bukan jadi prioritas buat suami. Ternyata pengabdian saya bukan hanya diukur dari bersih dan rapinya rumah. Akhirnya saya bilang, "iya, nanti Mama cari pembantu". Terus suami bilang, "Kalo udah ada pembantu, jadi bisa lebih fokus ngurusin Ayah dong". Ihh, apa maksudnya sih??


Wednesday, February 25, 2009

Belajar di rumah

Setelah hampir 1 bulan mengundurkan diri dari sekolah, Rania seperti merdeka di rumah. Anehnya, perasaan saya juga jadi lebih plong. Entahlah... apa mungkin sejak gak sekolah, saya jadi lebih bisa mengatur jadwal anak-anak di rumah. Biasanya pagi-pagi saya sudah ribet menyiapkan segala keperluan sekolahnya, belum lagi membangunkan dan memandikannya. Butuh effort yg luar biasa. Tapi sekarang, sepertinya life is so smooth and I can enjoy organize everything.

Belajar. Itu top priority saya. Gimana caranya Rania bisa belajar di rumah dengan efektif. Awalnya saya mulai dengan main sekolah-sekolahan. Saya dan Rania bergantian jadi ibu guru. Semua bisa jadi bahan pelajaran. Mulai dari menulis semua nama benda yg ada di kamar mandi (pelajaran menulis), membaca buku cerita, sampe pengenalan bahasa Inggris. 

Dalam hati saya berpikir, hmmm, lumayan juga ya ngajarin anak di rumah walaupun gak setiap hari saya main sekolah-sekolahan. Jadi ceritanya homeschooling nih.

Waktu untuk diri sendiri


Ternyata setiap hari mengurus rumah dan 2 anak bikin saya jadi repot sendiri. Wondering, how was my mom with 3 children..? and how about my mother in law, with 6 children...? Pastilah saya sudah ?!&*!!?*#$!

Repot...? (jadi inget tulisan Jeng Irma, Ngerumpi bareng ibu-ibu TK).Ya pasti lah. Rasanya sudah seabad saya tidak punya privacy. Maksudnya punya waktu buat diri sendiri dan melakukan hobby saya. Ingin deh setiap sabtu atau minggu melakukan aktivitas seorang diri. Entah itu ke mall (walau cuma keliling2 aja), atau sekedar baca buku. Yang penting waktu buat saya sendiri.

Akhirnya, saya cerita ke suami keinginan saya itu. Suami pun rada ragu-ragu. Mungkin dia ragu karena, pertama, apakah saya bisa melakukan aktivitas sendirian. Berangkat ke mall naik angkot atau motor, lalu browsing2 di mall sendirian. Karena dia tahu saya paling gak bisa jalan sendirian. Kedua, mungkin dia ragu, apakah dia bisa mengurus anak-anak 2-3 jam di rumah selama saya pergi. Untuk alasan yang kedua ini paling jelas kemungkinannya.

Tapi suami pun akhirnya say OK. Dan... berangkatlah saya hari Minggu ke CBD.

Sampai di CBD, bingung. Mau ke mana ya? Setelah diingat-ingat ada toko buku GA di ground floor. Jadilah saya ke sana. Toko buku ini terbilang baru di CBD, jadi pastilah masih rada sepi. Saya sudah membayangkan bakal betah nih di sana. Sampai di toko buku, ada perasaan senang yang luar biasa. Hmmm... udah lama banget rasanya gak ke toko buku kayak gini nih, pikir saya. Sendirian, di rak buku-buku literatur, sastra, fiksi. Biasanya kalo ke toko buku yg didatangi cuma rak buku belajar membaca, mewarnai dan buku dongeng anak-anak. Tapi hari ini BEDA. saya pun mulai memilah-milah buku dan curi-curi baca dikit.

Gak tau saya udah berapa lama di sana. Rada pegel juga, berdiri terus dan rada gak enak juga diliatin mbak-mbak pegawainya. Maklum toko buku baru, jadi lebih banyak pegawainya daripada pengunjungnya. Apa mungkin orang-orang di sekitar sini lebih seneng belanja dan browsing di Carrefour daripada di toko buku? entahlah...

Lagi asik-asik baca, eh saya denger ada anak kecil nangis. Deg... saya langsung kepikiran Raya. Lagi ngapain ya tuh anak... bikin ulah gak ya... di hati jadi gak tenang. Akhirnya setelah milih beberapa buku, saya pun langsung ke kasir. Jadi inget anak di rumah. Kangen....

Dalam hati saya bilang, uhh dasar! kalo emang gak bisa ninggalin anak ya ajak aja anaknya jalan-jalan. Sok mau nyari waktu buat sendiri, padahal masih gak tega ninggalin anak lama-lama di rumah. Saya pun jadi ketawa sendiri. Emang begini kali ya dilemanya jadi emak-emak. Kadang pingin banget gak direcokin sama anak, tapi di satu sisi kangen juga gak direcokin anak. Ahh bingung.....

Saturday, February 14, 2009

Main Komputer


Saya memang suka sekali main game di komputer. Dari solitaire sampe scrabble sering saya mainin di komputer. Tapi saya gak suka dan gak bisa main Nintendo atau PS. Gak tau kenapa. Kalo udah main game di depan komputer bisa berjam-jam nih mata melotot terus. Apalagi kalo gamenya berupa adventure, wah kalo blom finish rasanya belum bisa beranjak dari depan komputer. Sama halnya seperti orang yg suka baca novel. Makin lama makin seru bacanya dan kalo blom habis satu buku rasanya kurang afdol.

Kebiasaan main game itu terus kebawa sampe sekarang. Saya sering mendownload game2 dari internet, khususnya permainan dari gamehouse.com. Kadang suka rebutan pake komputer sama Rania. Karena dia sudah mulai main komputer dari umur 4,5 tahun, jadilah dia menjadi rival saya kalo lagi rebutan main game di komputer.

Rupanya kejadian "rebutan" dengan kakaknya jadi bahan tontonan yang menarik buat Raya, adiknya Rania yang umurnya 2,5 tahun. Kalo saya lagi "ribut" sama kakaknya, dan saya kemudian mengalah, Raya lantas saja mematikan monitor. Jadilah kakaknya sebel sambil bilang, "ya dedek jangan dimatiin dong, aku lagi main nih". Setelah itu dinyalakan lagi sama Rania dan dimatikan lagi sama Raya. Begitu terus, sampai Rania hilang sabar dan mulai mukul tangan adiknya. Kalo liat itu, saya mulai turun tangan.

Lama-lama mungkin Raya kepengen juga menjadi bagian dari keributan kecil antara saya dan Rania, jadilah kami ribut bertiga. Saya sering memberikan kemenangan itu ke Raya, dan membujuk Rania untuk lebih mengalah. Jadi, mulai saat itu, Raya kami beri privilege untuk main game. Kami pun memilihkan game yang colorful, mudah dan ada karakter kartun yang dia kenal. Lucu juga mengajari anak 2,5 tahun caranya memegang mouse, memencet tanda panah di keyboard. Karena seringnya main game di komputer, Raya jadi lebih luwes memegang mouse. Bahkan sekarang dia sudah tahu bagaimana mematikan dan menyalakan komputer.

Dia juga mulai terbiasa menyebut mos (mouse), ibot (keyboard), ini (playhouse disney), atet (main game basket), dll. Saya suka senyum2 sendiri kalo liat Raya mulai asik memencet2 mouse. Sambil geleng2 kepala saya bilang, "Dek, Mama dulu pegang komputer pas jaman SMP. Sekarang kamu umur 2,5 tahun aja udah bisa main komputer". Jaman sudah berubah.

Thursday, February 12, 2009

Salam Perpisahan


Hari Rabu yang lalu saya pergi ke sekolah Rania, berniat pamit dengan guru dan kepala sekolahnya. Setelah berbasa-basi dengan kepala sekolah, saya kemudian masuk ke dalam ruangan kelas Rania. Tampak disana dua orang guru Rania sedang terdiam, seakan menunggu kedatangan saya. Saya masuk, lalu duduk berhadapan dengan mereka. Mereka bertanya bagaimana pembicaraan dengan kepala sekolah, saya jawab, ya begitulah, tidak ada yg istimewa, hanya sekedar pembicaraan sekedarnya. Kedua guru itupun mengangguk-angguk.

Sambil mengulurkan tangan kepada saya, salah satu guru bilang, "Mama Rania saya minta maaf tidak bisa membuat Rania cinta sekolah. Saya merasa saya kurang memperhatikan perkembangan Rania." Matanya basah oleh airmata. Saya jadi ikut terharu dan berkaca-kaca.

Saya bilang, "Bu, gak ada yg salah di sini. Saya tidak menyalahkan Ibu ataupun siapa2. Saya malah banyak berterimakasih sama Ibu sudah mendidik Rania dengan sabar. Sudah menjadi teman Rania di sekolah, di saat Rania merasa malu bergabung sama temannya yg lain." "Saya sudah ikhlas mau memberhentikan Rania dari sekolah ini. Saya juga merasa ini kesalahan saya tidak bisa membuat Rania senang sekolah. Tapi saya ambil hikmahnya aja Bu. Saya jadi bisa lebih dekat dengan anak2, bisa lebih tahu perkembangan anak. Mungkin ini jalannya Rania, harus berhenti dulu sekolahnya."

Kami bertiga pun jadi banjir airmata. Setelah saling minta maaf dan berjanji akan tetap saling kontak, saya pun berlalu dari sekolah.

Memang, Satu setengah tahun berada di sekolah itu, membuat saya dekat dengan beberapa guru, termasuk gurunya Rania yang terhitung masih muda (jadi saya anggap adik saya). Kedekatan emosional itulah yang membuat hati miris, harus berpisah dengan cara yang tidak biasanya. Seperti ada yang hilang, kata Mama Meidi.

Itu yang dikatakan mama Meidi waktu diadakan serah terima Bendahara POMG dari saya ke Ketua POMG dan Bendahara 2 POMG. Waktu acara itupun, kami (saya, Mama Icha, mama Meidi, Mama Aliya) hampir berurai airmata. Hampir ?!?!  karena gak jadi setelah saya ledek, "Ah kayak aku mau pergi jauh aja. Udah deh gak usah tangis2an ya."


Saturday, February 7, 2009

Berhenti Sekolah

Sabtu ini, saya sudah memutuskan untuk bicara dengan kepala sekolah Rania. Saya dan suami sudah memutuskan untuk memberhentikan Rania dari sekolah yg sudah lebih dari satu setengah tahun dijalaninya.Pasti banyak yg bertanya-tanya kenapa. Jawabannya cuma satu, Rania sudah tidak mau lagi sekolah. Ini sudah gak bisa lagi di tawar-tawar.

Rania susah sekali dibangunkan pagi-pagi untuk sekolah, sepertinya semangatnya untuk sekolah tidak ada. Setiap pagi saya harus beradu mulut, bernegosiasi, dan akhirnya saya yang kalah (atau mengalah-karena saya pasrah). Hampir semua cara sudah saya coba supaya Rania tidak malas untuk bangun pagi, mulai dari mengatur jam tidur, membuat kegiatan berbagai rupa, sampai mengatur jam makan sudah di coba. Tapi hasilnya nihil. Lelah dan sedih... mungkin itu kata yg tepat untuk menggambarkan suasana hati saya.

Dari TK A memang Rania sudah mulai agak males2 sekolahnya. Itu juga yg membuat saya akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja dan lebih fokus pada anak2. Mungkin dari awal memang salah saya. Dulu, saat Rania mau mulai sekolah, saya survey ke berbagai sekolah di sekitar rumah. Ada sekolah yg bahasa pengantarnya Inggris, ada yg pake kolam renang di sekolahnya, banyaklah, mungkin ada 5 sekolah yg saya survey.

Saya tanya Rania, "kakak mau sekolah dimana? kalo mama maunya kakak sekolah yg deket dari rumah aja biar gak susah ngantar jemputnya".
Jawab Rania, "aku mau yg mainannya gak keujanan, jadi kalo ujan aku masih bisa tetep main".

Saya langsung tahu, sekolah mana yg dia mau, tapi sekolah itu terhitung jauh dari rumah. Saya belum tega harus melepas dia ikut jemputan, sedangkan saya tidak bisa mengantar jemput. Pembantu waktu itu juga masih belum bisa saya percaya mengantar jemput Rania sendirian. Dan sekolah itu lumayan mahal untuk kantong saya. Akhirnya saya bujuk Rania untuk ikut saran saya masuk sekolah yg dekat dari rumah. Rania pun mau.

Setelah berjalan 6 bulan, tepatnya setelah Idul Fitri, Rania mulai gak mau sekolah. Awal2 tahun ajaran Rania senang sekali. Terlihat dari antusiasnya membeli perlengkapan sekolah, walaupun ini bukan pertama kali dia membeli perlengkapan sekolah. Sebelum TK A, Rania pernah saya ikutkan sekolah PAUD. Masuk dua kali dalam seminggu dan saya ikutkan hanya 6 bulan.

Saya dapat cerita dari ibu gurunya, bahwa Rania tidak mau sekolah lagi di situ. Rania mau sekolah di ---- (saya sensor, takut promosi). Lalu ibu gurunya konfirmasi, apa saya pernah mengajak Rania ke sekolah itu, saya jawab iya, dulu waktu survey sekolah. Saya kaget, ternyata selama ini Rania mengikuti pelajaran sekolah mungkin dengan terpaksa, bukan keinginannya. Tapi saya masih ragu apa benar karena masalah sekolah, bukan yg lain. Mungkin dengan teman2 nya atau gurunya. Saya pun berusaha cari tau apa yg bikin dia mogok sekolah.

Ada 3 hal yg bikin dia gak mau sekolah :
1. Teman-temannya susah diatur (menurut pendapat Rania). Selalu berisik dan mengganggu sehingga sulit buat dia fokus ke pelajaran. Saya berpikir mungkin karena terlalu banyak murid dalam kelas, sehingga ibu guru jadi susah mengontrol semua murid.
2. Sekolahnya jelek (bahasanya Rania). Memang dari bangunan sekolahnya, sekolah Rania terlihat biasa saja. Kelas, kamar mandi, ruang guru terlihat umpel-umpelan.
3. Mainannya tidak mendukung keinginannya. Memang ada beberapa mainan yg terlihat tidak terawat, bahkan harus berhati-hati jika ingin menaikinya.

Banyak rencana di kepala saya yang ingin saya lakukan untuk Rania, tapi ya satu satu dulu lah.Jadi, di awal tahun yg baru ini saya harus menambah resolusi lagi. Lebih intensif lagi membantu Rania belajar di rumah sebagai pengganti sekolah. Semoga saya bisa. Bismillah...

Tuesday, January 6, 2009

Akhir dari Liburan 2008 (RS Sari Asih)

Hari Minggu, 28 Des 2008,
saya beres-beres barang belanjaan dan tentunya setumpuk pakaian kotor. Udah di planning di kepala saya, hari ini nyuci dan beres-beres rumah. Rania-Raya masih tertidur, mungkin kecapekan, pikir saya. Saya pun melanjutkan acara penting saya pagi itu. Setelah selesai urusan di belakang rumah, sayapun berniat membangunkan anak-anak. Pas saya mau bangunin Raya, teraba oleh saya panas badannya yang gak biasa. Refleks saya ambil termometer di samping tempat tidur. 39,2. Wow.. ini bukan panas biasa. Saya bujuk Raya untuk bangun, sambil saya iming-imingi susu. Dia pun hanya melek sebentar, lalu merajuk minta gendong. Saya langsung kasih tau ke ayah. Coba kasih tempra, kata ayah. Sayapun langsung kasih Raya tempra, sambil harap-harap cemas.

Beberapa jam berlalu, Raya masih tetep panas aja. Akhirnya, Raya kami bawa ke rumah sakit. Setelah di check dan diberi beberapa jenis obat, kami pun pulang. Sore hari, Raya udah lebih baik. Panasnya sudah turun. Hari itu kami ada undangan pernikahan di daerah Rempoa. Karena Raya sudah lebih baik, Raya dan Rania kami ajak. Sepulang dari undangan, Raya panas lagi, sampai keesokan paginya. Selama panas itu saya beri dia plester demam. Alhamdulillah, siang hari panas Raya berangsur turun.

Selama saya mengurusi Raya, rupanya Kakak Rania merasa di cuekin. Sering dia mengajak saya main sesuatu, tapi saya menolaknya dengan bilang 'Mama harus urus dedek dulu, kasian dedeknya panas. Nanti kalo Rania sakit juga Mama urusin kakak'. Rania merasa saya hanya peduli pada adiknya. Memang kalo di rumah, saya itu jadi favorit nya anak-anak. Termasuk bapaknya (hhihihii...). Kalo Rania-Raya lagi kolokan, saya bisa jadi tempat gelendotan mereka berdua. Raya digendong di depan, Rania gendong kuda dibelakang. Bahkan kalo mereka mau tidur, kedua tangan saya pun masih di cari-cari, untuk menggaruk punggung mereka.

Perkataan seorang ibu adalah sebuah doa. Mungkin pernyataan itu benar adanya. Setelah saya ngomong begitu ke Rania, eh selang beberapa jam kemudian, dia mengeluh pusing. Saya pikir itu hanya caranya menarik perhatian saya, dan saya cuma menjawab 'Ya udah bobo aja' tanpa mencari tau lebih lanjut. Pusingnya Rania berlanjut sampai tengah malam. Tiba-tiba dia terbangun dengan keluhan kepala pusing dan muntah.

Duhhh Tuhan, ada apa lagi ini....

Saya pun meraba kepala dan badannya. Masya Allah... panas sekali. Saya ukur suhu badannya. 40,2. uhhhh.... ya Allah kenapa anak ini. Saya pun membujuknya untuk minum obat penurun panas. Setelah itu dia kembali tidur, tapi saya yang gelisah. Beberapa kali Rania terbangun dari tidurnya yang gelisah. Saya tidak tega meninggalkan dia tidur sendirian, akhirnya saya temani dia tidur.


Hari Selasa, 30 Desember 2008
Pagi-pagi, saya ukur lagi panasnya. Masih tinggi. Obat penurun panas hanya bekerja selama dua jam, karena setelah dua jam Rania kembali panas. Saya pun membawanya ke klinik langganan diantar papa saya. Suami kebetulan harus masuk kerja. Setelah diperiksa dan diberi obat, kami pulang. Diagonsa dokter saat itu, panas biasa tapi harus waspada. Bila dalam waktu tiga hari belum turun juga pansanya, Rania disarankan untuk cek darah. Dalam hati saya berdoa, ya Allah semoga gak perlu cek darah, semoga panasnya turun sebelum tiga hari.

Hari Rabu, 31 Desember 2008
Tahun baru semakin dekat. Semua kakak, adik, ponakan ngumpul di tempat mbak Kiki, karena memang sudah janjian mau tahun baruan di sana. Mengingat kondisi Rania yg masih lemes, saya memutuskan untuk gak pergi ke sana. Tapi lama-lama gak enak juga kalo gak setor muka, akhirnya saya sempatkan main ke sana walaupun cuma sebentar. Tahun baru dilalui dengan perasaan sedih dan was-was.

Hari Kamis, 1 Januari 2009
Happy New Year.... May this year become an amazing year for all of us. More rizki, great health and more happiness.

Hari Jum'at, 2 Januari 2009
Rania masih panas. Saya bawa Rania ke dokter langganan lagi, dan akhirnya di cek darah. Hasilnya masih normal, memang trombosit dalam posisi di atas normal sedikit, 175. Tapi dokter juga mewanti-wanti supaya harus waspada, jika Rania masih terasa lemas juga harus segera di bawa ke rumah sakit.

Hari Sabtu, 3 Januari 2009
Rania mulai turun panasnya. Mulai mau makan, walaupun sedikit. Mau main sepeda bareng adiknya.Tapi masih keliatan lemas.

Hari Minggu, 4 Januari 2009
Rania sudah turun panasnya, sudah mau bercanda. Mau makan, dan ngajak ayahnya ke Time Zone. Akhirnya demi memenuhi permintaan anak, ayahnya ngajak Rania main di Time Zone. Malam itu saya ngobrol sama suami, saya mau Rania di bawa ke rumah sakit aja supaya lebih pasti dengan kondisinya yang masih lemas. Akhirnya kami sepakat membawa Rania ke rumah sakit besok.

Hari Senin, 5 Januari 2009
Hari ini hari pertama Rania masuk sekolah. Saya telpon gurunya, supaya Rania diberi izin untuk cek kesehatan di rumah sakit. Ayahnya juga pulang setengah hari, demi mengantarkan Rania periksa. Seteah masuk UGD, Rania diperiksa darah lagi dan hasilnya ternyata trombositnya turun drastis. Dari 175 ke 70, itu yang bikin Rania masih keliatan lemes aja. Dokter pun langsung menyarankan Rania harus di rawat inap. Setelah beres-beres administrasi Rania pun dirawat di ruang 202 rumah sakit Sari Asih.

Hari Selasa, 6 Januari 2009
Saya belum pulang ke rumah sejak Rania masuk RS. Raya di momong sama neneknya untuk sementara. Syukurlah Raya gak rewel di tinggal mamanya ke RS. Rania masih diinfus dan diambil darahnya setiap 8 jam sekali. Sampai hari ini Tromb.nya turun terus sampai 50. Ya Allah, beri anakku kekuatan.

Hari Rabu, 7 Januari 2009
Saya ketemu teman SD dulu, Fini. Ternyata anaknya dan suaminya lagi dirawat di RS, DBD juga. Dari Fini itulah, saya dikasih tau kalo mau tromb.nya cepat naik minum sari kurma atau jus kurma. Saya pun langsung telepon suami dan minta dicariin jus kurma itu. Saya pikir daripada Rania minum angkak mendingan jus kurma, lebih enak dan manis.

Hari Kamis, 8 Januari 2009
Memang benar khasiat jus kurma. Trombosit Rania yang tadinya ada di kisaran 90 langsung naik ke 160. Itu sudah di atas normal (normalnya 150). Alhamdulillah, kata dokter Jum'at besok sudah boleh pulang, dan gak perlu di ambil darah lagi. Alhamdulillah...

Hari Jum'at, 9 Januari 2009
Rania udah boleh pulang sama dokter. Sudah makin banyak makannya dan makin terlihat lebih segar dan fresh. Jam 11 sudah check out dari RS. Alhamdulillah....

Banyak hal-hal yang saya dapatkan sejak Rania di rawat di RS. Mulai dari belajar sabar, sabar nerima cobaan, sabar ngurusin anak sakit sambil ngurusin rumah. Belajar pasrah, apapun yang akan terjadi itu sudah diluar kuasa kita, yang terpenting adalah ikhtiar dan ikhtiar terus. Belajar mandiri, tanpa didampingi suami harus bisa mengurus anak sakit. Saya pun jadi lebih dekat lagi dengan suami dan anak-anak. Saya jadi lebih sering ngobrol dan diskusi dengan suami, itu bikin kami jadi makin menyatu.

Alhamdulillah....

Perjalanan hidup memang berliku, kadang ke kiri kadang ke kanan. Kadang naik, kadang turun. Mensyukuri nikmat Allah janganlah di saat kita dalam kebahagiaan saja, di kala dukapun kita wajib mensyukuri. Karena dibalik duka pasti ada hikmah yang akan datang. Semua kita kembalikan pada Allah SWT dan semoga kita selalu dapat bimbingan dari-Nya. Amin.....

Monday, January 5, 2009

Akhir dari Liburan 2008 (Hari II)

Rasa lelah setelah seharian muter-muterin Taman Safari lumayan hilang pas bangun tidur. Selagi anak-anak masih tidur, saya coba jalan-jalan keliling hotel sama suami. Sebenernya sih bukan mau romantis mengingat masa pacaran dulu (cieee....), cuma mo liat-liat aja fasilitas hotel dan suasana hotelnya, sambil ngobrol bikin planning mau ngapain hari ke-2 di puncak. Itupun gak lama karena takut juga anak-anak terbangun dan nangis liat gak ada bapak-ibunya.

Setelah diputuskan hari ke-2 berenang, ke Atta'awun n berwisata kuliner alias beli oleh-oleh, akhirnya anak-anak 'dibangunkan' dengan terpaksa. Kebayang dong, kalo anak-anak dipaksa bangun susahnya gimana. Pake acara merengek, nangis, nendang sana sini. Tapi sukses juga setelah di iming-imingi BERENANG. Anak-anakku memang hobi banget berenang, gak heran deh kulit badannya rada item.

Matahari sekarang-sekarang ini memang lagi seneng-senengnya muncul. Gak di Jakarta (eh Tangerang), gak di puncak, matahari lagi ceriaa banget. Jam 8 pagi udah kayak jam 12 siang panasnya. Kolam renang lumayan rame hari itu. Melihat kolam dengan airnya yang biru jernih, bikin saya pengen juga nyebur. Pasti segerr deh, pikir saya. Tiba-tiba Rania-Raya langsung wessssss.... byurrr....main nyemplung aja. Saya udah nahan napas, ngeri jatuh, untung lantainya gak licin. Di dalam kolam Rania-Raya asik main air. Saya penasaran mau nyobain airnya. Saya cemplungin tangan saya ke kolam. Brrr.. dingin abis. Heran... anak-anak kok bisa-bisanya main di air dingin kayak gini, pikir saya. Baru lima menit mereka nyemplung, saya udah teriak-teriak nyuruh mereka udahan. Tapi percuma aja, teriakan saya dibales sama cipratan air. Duh, gimana nih. Ayahnya juga jadi ikutan rame nyuruh mereka udahan.

Udah hampir satu jam, Rania-Raya di kolam. Capek juga teriak dan pegel mata nahan silaunya matahari. Dengan satu tatapan mata dan satu anggukan ke arah saya, kayak detektif mau jebol pintu di film-film action, Ayah ngangkat Raya dari kolam. Saya pun bujuk Rania sambil ngancam dikit 'awas nanti ditinggal ya'. Selesai dengan acara berenang dan bilasannya, kami pun makan pagi yang kesiangan, 'Brunch' kata orang sono.

Lagi asik-asiknya makan, Ayah dapet sms dari temannya. Teman dari Pekalongan yang lagi ke Jakarta ngajak anaknya liburan. Gak nyangka ternyata mereka liburan ke Puncak juga. Akhirnya, ayah berinisiatif untuk ketemuan di salah satu tempat makan di daerah Gadog. Mumpung mereka ke Jakarta, kata ayah, daripada kita yang harus ke Pekalongan. Acara ke At-ta'awun di cancel. Kita pun makan bareng dengan temennya ayah.

Jalan menuju ke Gadog makan waktu yang cukup lama juga. Ternyata jalanan udah mulai padat, di kedua arah. Setelah makan waktu empat puluh lima menit, sampai juga di daerah Gadog. Makan n ngobrol bikin waktu cepet banget berlalu. Setelah selesai makan dan say goodbye ke temennya ayah, kami pun memutuskan untuk pulang aja ke Tangerang. Itu juga karena jalanan udah semakin macet dan banyak juga orang yang bersiap merayakan tahun baru.

Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, anak-anak udah terlelap di mobil. Dengan rasa capek tapi senang, saya juga tertidur di mobil, tinggal ayah ditemani goyang duyu-nya Project Pop. Hari ke-2 ditutup dengan perut kenyang dan bagasi diisi dengan sedikit tempe dan kripik pisang sale-nya Priyangan Sari.