Thursday, February 12, 2009
Salam Perpisahan
Hari Rabu yang lalu saya pergi ke sekolah Rania, berniat pamit dengan guru dan kepala sekolahnya. Setelah berbasa-basi dengan kepala sekolah, saya kemudian masuk ke dalam ruangan kelas Rania. Tampak disana dua orang guru Rania sedang terdiam, seakan menunggu kedatangan saya. Saya masuk, lalu duduk berhadapan dengan mereka. Mereka bertanya bagaimana pembicaraan dengan kepala sekolah, saya jawab, ya begitulah, tidak ada yg istimewa, hanya sekedar pembicaraan sekedarnya. Kedua guru itupun mengangguk-angguk.
Sambil mengulurkan tangan kepada saya, salah satu guru bilang, "Mama Rania saya minta maaf tidak bisa membuat Rania cinta sekolah. Saya merasa saya kurang memperhatikan perkembangan Rania." Matanya basah oleh airmata. Saya jadi ikut terharu dan berkaca-kaca.
Saya bilang, "Bu, gak ada yg salah di sini. Saya tidak menyalahkan Ibu ataupun siapa2. Saya malah banyak berterimakasih sama Ibu sudah mendidik Rania dengan sabar. Sudah menjadi teman Rania di sekolah, di saat Rania merasa malu bergabung sama temannya yg lain." "Saya sudah ikhlas mau memberhentikan Rania dari sekolah ini. Saya juga merasa ini kesalahan saya tidak bisa membuat Rania senang sekolah. Tapi saya ambil hikmahnya aja Bu. Saya jadi bisa lebih dekat dengan anak2, bisa lebih tahu perkembangan anak. Mungkin ini jalannya Rania, harus berhenti dulu sekolahnya."
Kami bertiga pun jadi banjir airmata. Setelah saling minta maaf dan berjanji akan tetap saling kontak, saya pun berlalu dari sekolah.
Memang, Satu setengah tahun berada di sekolah itu, membuat saya dekat dengan beberapa guru, termasuk gurunya Rania yang terhitung masih muda (jadi saya anggap adik saya). Kedekatan emosional itulah yang membuat hati miris, harus berpisah dengan cara yang tidak biasanya. Seperti ada yang hilang, kata Mama Meidi.
Itu yang dikatakan mama Meidi waktu diadakan serah terima Bendahara POMG dari saya ke Ketua POMG dan Bendahara 2 POMG. Waktu acara itupun, kami (saya, Mama Icha, mama Meidi, Mama Aliya) hampir berurai airmata. Hampir ?!?! karena gak jadi setelah saya ledek, "Ah kayak aku mau pergi jauh aja. Udah deh gak usah tangis2an ya."
Labels:
rania
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
saya pikir, gurunya memang baik2 kok.
ReplyDeletetapi gak ada guru/sistem yang bisa cocok dengan semua anak.
tertarik homeschooling gak?
Sebenernya udah pernah diskusi sama suami. Suami sepertinya juga kurang cocok sama sistem pendidikan disini (ceileee...), kasian buat anak2. Setelah diskusi ngalor ngidul, akhirnya kita sepakat bahwa HS itu mahal, and we don't think we can afford it.
ReplyDeleteMungkin Difi akan HS tahun depan.
ReplyDeleteKetemuan yuk, kita diskusi. Cieee...
ReplyDeleteayuk, kapan ya? kalo bisa sbt or mgg. Kalo hr biasa aku gak bisa.
ReplyDeleteWah Mba firstly salam kenal dulu ya?ko masalah kita hampir mirip ya?boleh tau umur Rania berapa?Mba tinggal di daerah mana?tolong baca juga curhatku ya yang terakhir temanya sekolah juga..
ReplyDeleteThanks Ya Mba Ree.Aku add juga boleh ya?Jazakillah Khoiron
Anak saya 5 tahun HS, bikin kurikulum sendiri, belajar sendiri, murah meriah. Kata siapa HS mahal?
ReplyDeleteSalam kenal juga Mbak. Rania sekarang umur 5 tahun 2 bulan. Rencananya saya mau ikutkan dia sekolah lagi, mungkin Juli tahun ini.
ReplyDeleteSaya memang belum banyak cari tau ttg HS. Yang saya tau ya HS yg udah dipromosiin sama psikolog terkenal itu. Kayaknya saya perlu banyak cari info dari mbak nih...
ReplyDelete