Geregetan kalo bangunin Rania pagi-pagi. Susahnya minta ampun. Ocehan saya dan tangisan Rania udah jadi lagu favorit kalo pagi-pagi. Jangankan disuruh mandi, buat buka mata aja susah banget. Makanya gak heran deh setiap hari ke sekolah terlambat terus. Tapi itu masih mendingan deh mau sekolah, kadang-kadang dia mogok gak mau sekolah. Duhhh... repot jadinya kalo dah begitu. Kesabaran kita nih para ortu bener-bener diuji deh.
Jadi inget tulisan kiriman seorang sahabat. Isinya tentang Kesabaran dan kreatifitas. Lho... emang ada hubungannya? Nih, dibaca aja ya...
Sabar dan kreatif
Seorang ayah punya tugas memandikan putra kesayangannya setiap pagi. Sang anak berusia tiga tahun. Dan ia tidak suka mandi!
Berbagai cara dicoba untuk membuat sang anak mandi. Dari cara terhalus berbentuk bujukan sampai cara kasar,... paksaan dan pukulan. Semuanya gagal. Putranya bukan jadi mau mandi, tapi jadi membencinya. Ia menangis dan mulai membalas pukulan. Dua hal yang sudah dianggap nggak apa-apa oleh sang ayah. Apalagi ia harus mengejar waktu untuk bisa masuk kerja tepat waktu. Rutinitas yang membuat sang ayah kesal, marah dan hampir putus asa. Tapi ia tidak mau melepaskan tugas tersebut. Gengsi menghalanginya. ”Masa mandiin anak kecil aja nggak bisa”, begitu pikirnya.
Sampai suatu pagi, prosesi paksaan mandi kembali dilakukan, tentu dengan bentakan dan pukulan. Sambil menangis pilu, sang anak berkata pada ayahnya : ”Ayah galak,... Ayah jahat...”. Kata-kata itu benar-benar menusuk hatinya.
Selama ini, ia juga kena pukul anaknya. Tapi sakitnya tidak sesakit kata-kata ”Ayah galak, ayah jahat” tadi. Seharian ia tidak bisa bekerja dengan baik. Kata-kata anaknya benar-benar menyentaknya. Tak terasa, matanya berkaca-kaca. Sang ayah menangis. Ia benar-benar menyesal telah memperlakukan anak kesayangannya demikian buruk.
Sejak hari itu, ia tidak lagi memaksa anaknya mandi. Sang anak memang tidak mandi. Paling ganti baju saja. Tapi,... tidak ada tangisan dan teriakan setiap hari. Sang ayah kembali berpikir bagaimana membuat anaknya senang mandi tanpa paksaan, teriakan apalagi pukulan. Berbagai alternatif muncul. Beberapa dicoba. Gagal total. Tapi sang ayah tidak menyerah. Ia kembali mencari cara yang lebih baik.
Sampai suatu ketika, suatu kesadaran baru timbul. Sang ayah sadar, membuat anaknya senang mandi adalah sudut pandang yang keliru. Bagi anak usia tiga tahun, tidak ada aktivitas yang disenanginya, kecuali bermain. Jadi pertanyaannya bukan bagaimana membuat anaknya senang mandi, tapi bagaimana bersenang-senang dengan anaknya, termasuk ketika mandi. Pemikiran ini menggeser fokus dan pendekatannya. Dari fokus pada anaknya menjadi fokus pada dirinya sendiri.
Kesadaran ini membuat sang ayah merubah perintah mandi : ”Nak, mandi sana!” menjadi ajakan untuk bermain : ”Nak, main air yuk...”. Selain itu, mandi justru menjadi aktivitas sampingan. Aktivitas utamanya adalah main. Dari mencuci bola anaknya, membuat gelembung sabun, main robot-robotan di air, mengisi air ke botol, dan sebagainya. Mandi pun menjadi aktivitas yang menyenangkan.
Beberapa kali, sang anak memang masih tidak mau mandi. Tapi, hal ini bukan lagi suatu masalah besar. Sang ayah menjadi sangat kreatif dan sabar mencari permainan yang akhirnya membawa mereka ke kamar mandi, main air dan mandi. Makin lama, proses main dan mandi ini menjadi makin cepat. Dan akhirnya, suatu pagi sang anak berkata pada ayahnya: ”Yah, mandi yuk...” Sang ayah pun langsung memeluk dan menggendong anak tercintanya. Dengan mata berkaca-kaca, sang ayah berkata: ”Ayuk...”
Saudara, mendidik anak membutuhkan kesabaran, bukan kemarahan. Kreatifitas menjadi penting dalam proses menumbuhkan kesabaran ini. Anda tidak akan jadi orang tua yang sabar bila anda tidak kreatif. Kekerasan dalam memperlakukan anak tidak akan mendidik apapun selain dendam.
Dalam kasus di atas, diperlukan banyak waktu untuk menjalin cinta dan keakraban antara sang ayah dengan anaknya. Tidak efisien. Tapi memang bukan efisiensi (hemat sumberdaya) yang menjadi fokus utama dalam mendidik anak. Efektifitas (tujuan tercapai dengan baik) adalah fokusnya. Jadi, asalkan terjalin cinta tulus antara orang tua dengan anaknya, masalah diperlukan banyak waktu, tenaga, pikiran, dana, dan sebagainya tidak lah menjadi masalah.
Nah saudara, jangan salah fokus. Jangan ingin cepat-cepat mendidik anak. Tenang saja. Anda punya waktu yang berlebih untuk mendidik anak dan terutama mendidik diri anda sendiri untuk menumbuhkan cinta tulus diantara anda dan buah hati anda.
Baca tulisan itu, saya jadi banyak merenung dan berpikir apa yg sebaiknya saya lakukan untuk menghadapi masalah -males bangun pagi nya- Rania. Akhirnya, saya coba pagi-pagi saya stel lagu kesukaan dia, Goyang Duyu-nya Project Pop. Cukup kencang sampai bikin dia kebangun. Ternyata mampu bikin dia mau buka mata walau males-malesan. Dah gitu, saya stel lagi lagu Puspa-nya ST12. Sampai akhirnya dia bangun dan mondar-mandir. Trus baru saya bujuk dia ke kamar mandi, sambil nyanyi2. Pake baju dan siaplah dia ke sekolah, walau telat 10 menit.
Wuihhh.... perjuangan yg gak bisa dibilang mudah. Itulah, yg bikin saya jadi semangat. Saya berhasil bujuk Rania sekolah tanpa ada ocehan dan tangisan. Sampai berapa lama cara itu bisa berhasil, saya juga gak tau. Doakan saja semoga saya juga jadi lebih sabar (ya Allah, amin..) dan lebih kreatif lagi.
haiii... salam kenal ya? aku ikutan baca niii soalnya pagipagi dirumah
ReplyDeletejg rame...ya...soal mandiin anak ini.... 'good story'....
Salam kenal juga rrya... semoga kita selalu diberi kesabaran ya....
ReplyDeletesalam kenal juga rrya... semoga kita selalu diberi kesabaran...
ReplyDeleteudah di accept mbak friend requestnya....let's be friend... ^_^
ReplyDeleteaku ria di bogor, mbak di jkt ya?
ternyata problem loe sama dgn gw nis...
ReplyDeleteozan (ponakan) gw tu jg kl dibangunin rada2 susah....apa lg kl disuruh mandi + sikat gigi. ada aja alesannya....yg bilang "aunty badan ku panas, kt aunty euis aku ggk boleh mandi"....blablabla.
gila y anak umur 4,5 bln udh bisa buat alesan ky gitu.
apa lg kl disuruh sekolah.....banyak d alesannya.
kadang2 gw mlh sk ketawa ngedengerin alesannya dia ggk mau sekolah...
jgn sampe d gw sindrom ggk mau punya anak :D (abis udh cape ngurus ponakan)
start 2day with smile ^_^
thanks rrya, aku di jkt tapi dipinggiran, tepatnya sih di tangerang. keep in touch ya.
ReplyDeleteiya, emang kudu sabaaar banget dan kadang anak2 bikin kita senyum2 gokil gitu *o*
ReplyDelete