Tuesday, December 30, 2008
Akhir dari Liburan 2008 (Hari I)
Abis check-in dan beres-beres barang bawaan, saya lanjutin ke Taman Safari. Pas sampe di sana, ternyata, duhhh... banyak banget ya pengunjungnya. Mau lihat hewan-hewannya aja, mobil-mobil susah bergerak. Perjalanan memutari wahana hewan-hewan jadi sedikit terganggu dengan bau kampas kopling dan mobil-mobil yang berhenti karena mogok. Kira-kira 2,5 jam, baru selesai memutari wahana hewan-hewan.
Cuaca saat itu mendung dan sering gerimis, jadi anak-anak gak bisa bebas lari-lari. Makan pun terpaksa dinikmati di dalam mobil. Walaupun begitu, demi menyalurkan energi dan semangat liburan Rania-Raya, akhirnya saya dan suami terpaksa ikut kemauan mereka meski kena gerimis.
Semua permainan di taman bermain dan animal show di kunjungi dan gak kelihatan rasa lelah di wajah Rania-Raya. Memang hebat ya anak-anak itu, kalo lagi semangat gak ada capeknya. Sampai maghrib kami ada disana. Selepas maghrib dan makan, kami sudahi jalan-jalan ke Taman Safari dan balik ke hotel.
Sampai di hotel, mandi dan beres-beres, baru deh keliatan capeknya anak-anak itu. Raya udah langsung ngantuk minta susu, Rania udah merem aja pas nempel di bantal. Suami pun akhirnya minta dinnernya diantar ke kamar, karena gak mungkin ninggalin anak-anak lagi tidur. Hari itu sukses ditutup dengan rasa lelah, seharian main di Taman Safari.
Thursday, December 18, 2008
Surat terakhir seorang supir truk
Surat Terakhir Seorang Supir Truk
Steamboat Mountain adalah pembunuh, dan supir truk yang menyusuri jalan raya, apalagi di musim dingin, memperlakukannya dengan hormat. Dalam suatu perjalanan, aku bertemu dengan polisi dan beberapa mobil derek menarik sisa sebuah mobil menaiki tebing terjal. Aku memarkir trukku dan menghampiri sekelompok supir truk yang diam mengawasi mobil hancur yang mulai muncul dari jurang. Salah seorang polisi, menghampiri kami dan berkata perlahan.
"Saya minta maaf," katanya, "Supirnya sudah meninggal saat kami menemukannya. Ia pasti melampaui jalan ini dua hari yg lalu waktu ada badai salju yang buruk." Ia lalu merogoh saku mantelnya.
"ini... mungkin kalian sebaiknya membaca ini. Rupanya dia masih hidup beberapa jam sebelum mati kedinginan." Polisi itu lalu pergi sambil berlinang air mata, dan inilah bunyi suratnya.
Desember, 1974
Istriku tercinta,
Tak ada orang yg ingin menulis surat seperti ini, tapi aku cukup beruntung memiliki kesempatan untuk mengatakan apa yg sering lupa kukatakan.
Aku mencintaimu, sayang.
Kamu sering berkelakar bahwa aku lebih mencintai truk daripada kamu karena aku lebih banyak menghabiskan waktu dengannya. Aku memang mencintai mesin ini - ia baik padaku. Ia menemaniku dalam masa sulit dan tempat yang sulit. Aku selalu dapat mengandalkannya dalam perjalanan panjang dan ia dapat melaju cepat. Ia tak pernah mengecewakanku.
Tapi tahu tidak? Aku mencintaimu karena alasan yg sama. Kamu juga selalu menemaniku dalam waktu yg sulit dan tempat yang sulit.
Ingat truk pertama kita? Truk rongsokan yang membuat kita selalu bangkrut, tapi yang selalu mengumpulkan cukup uang buat kita makan? Kamu harus mencari pekerjaan supaya kita dapat membayar sewa rumah dan bon tagihan. Setiap sen yang kuhasilkan dipakai untuk truk, sementara uangmu memberi kita makanan dan atap untuk bernaung.
Aku ingat aku pernah mengeluhkan truk itu, tapi aku tak pernah mendengarmu mengeluh waktu pulang kerja dengan lelah dan aku meminta uang darimu untuk pergi lagi. Seandainya pun kamu mengeluh, mungkin aku tak mendengarnya. Aku terlalu terlena oleh masalahku sendiri sehingga tak pernah memikirkan masalahmu.
Aku memikirkannya sekarang, semua yang kau korbankan untukku. Pakaian, liburan, pesta, teman. Kamu tak pernah mengeluh dan entah bagaimana aku tak pernah ingat berterima kasih padamu untuk menjadi dirimu.
Saat aku duduk minum kopi bersama teman-teman, aku selalu membicarakan trukku, kendaraanku, pembayaranku. Rupanya aku lupa bahwa kamu adalah mitraku meskipun kamu tak berada bersamaku. Pengorbanan dan keteguhan hati dari pihakku dan dari pihakmu jugalah yang akhirnya membelikan kita truk baru.
Bertahun-tahun aku mendera aspal, aku selalu tahu doamu mengiringiku. Tapi kali ini doa itu tidak cukup. Aku cedera parah. Ini perjalananku yang terakhir dan aku ingin mengatakan semua yang seharusnya kukatakan sebelumnya. Hal yang terlupakan karena aku terlalu sibuk dengan truk dan pekerjaan.
Aku memikirkan ulang tahunmu dan ulang tahun pernikahan kita yang terlupakan. Drama sekolah dan pertandingan hoki yang kau hadiri sendirian karena aku sedang di jalanan. Aku memikirkan malam-malam yang sepi yang kau lewatkan seorang diri, bertanya-tanya dimana aku berada dan bagaimana keadaanmu. Aku memikirkan semua saat aku ingin meneleponmu hanya untuk menyapa tapi tak pernah jadi. Aku memikirkan perasaanku yang damai karena aku tahu kau aman bersama anak-anak, menungguku.
Tiap kali ada makan malam keluarga, kau selalu harus menghabiskan seluruh waktumu untuk menjelaskan kepada orangtuamu mengapa aku tak dapat hadir. Aku sibuk mengganti oli, aku sibuk mencari onderdil, aku sedang tidur karena harus berangkat pagi-pagi besoknya. Selalu ada alasan, tapi rasanya sekarang alasan itu tidak begitu penting.
Waktu kita menikah, kamu tak tahu cara mengganti lampu. Tapi, setelah bertahun-tahun, kamu mampu memperbaiki perapian selagi badai, sementara aku menunggu muatan di Florida. Kamu menjadi montir yang cukup baik, membantuku memperbaiki, dan aku bangga sekali akan dirimu waktu kamu melompat ke dalam truk dan mundur melindas semak mawar.
Aku bangga akan dirimu saat aku masuk ke halaman dan melihatmu tidur di mobil menungguku. Apakah itu jam dua subuh atau jam dua siang, kamu selalu keliahatan seperti seorang bintang film bagiku. Kamu cantik sekali. Mungkin aku tak mengatakan akhir-akhir ini, tapi kamu memang cantik.
Aku banyak berbuat kesalahan dalam hidupku, tapi seandainya aku pernah mengambil satu keputusan bagus, itu adalah saat aku melamarmu. Kamu tak kan pernah bisa mengerti apa yang membuatku terus mengemudikan truk. Aku juga tak mengerti, tapi itulah cara hidupku dan kamu tetap bersamaku. Masa senang, masa susah, kamu selalu ada. Aku mencintaimu, Sayang, dan aku mencintai anak-anak.
Tubuhku sakit, tapi hatiku jauh lebih sakit. Kamu tak akan hadir saat aku mengakhiri perjalanan ini. Untuk pertama kalinya sejak kita bersama, aku benar-benar sendirian dan aku merasa takut. Aku sangat membutuhkanmu, dan aku tahu sudah terlambat.
Lucu juga ya, tapi yang kumiliki sekarang adalah truk ini. Truk terkutuk ini yang mengatur hidup kita begitu lama. Baja rongsok tempatku hidup selama bertahun-tahun. Tapi truk ini tak dapat membalas cintaku. Hanya kamu yang bisa.
Kamu beribu mil jauhnya, tapi aku merasakan dirimu bersamaku disini. Aku dapat melihat wajahmu dan merasakan cintamu dan aku takut melakukan perjalanan terakhir ini sendirian.
Katakanlah pada anak-anak bahwa aku sangat mencintai mereka dan jangan izinkan mereka bekerja sebagai supir truk.
Mungkin cuma itu, Manis. Ya Tuhan, aku betul-betul mencintaimu. Jagalah dirimu dan ingatlah selalu bahwa aku mencintaimu melebihi segala yang ada dalam hidup ini. Aku cuma lupa mengatakannya.
Aku mencintaimu,
Bill
Saturday, December 13, 2008
Mogok Sekolah
Geregetan kalo bangunin Rania pagi-pagi. Susahnya minta ampun. Ocehan saya dan tangisan Rania udah jadi lagu favorit kalo pagi-pagi. Jangankan disuruh mandi, buat buka mata aja susah banget. Makanya gak heran deh setiap hari ke sekolah terlambat terus. Tapi itu masih mendingan deh mau sekolah, kadang-kadang dia mogok gak mau sekolah. Duhhh... repot jadinya kalo dah begitu. Kesabaran kita nih para ortu bener-bener diuji deh.
Jadi inget tulisan kiriman seorang sahabat. Isinya tentang Kesabaran dan kreatifitas. Lho... emang ada hubungannya? Nih, dibaca aja ya...
Sabar dan kreatif
Seorang ayah punya tugas memandikan putra kesayangannya setiap pagi. Sang anak berusia tiga tahun. Dan ia tidak suka mandi!
Berbagai cara dicoba untuk membuat sang anak mandi. Dari cara terhalus berbentuk bujukan sampai cara kasar,... paksaan dan pukulan. Semuanya gagal. Putranya bukan jadi mau mandi, tapi jadi membencinya. Ia menangis dan mulai membalas pukulan. Dua hal yang sudah dianggap nggak apa-apa oleh sang ayah. Apalagi ia harus mengejar waktu untuk bisa masuk kerja tepat waktu. Rutinitas yang membuat sang ayah kesal, marah dan hampir putus asa. Tapi ia tidak mau melepaskan tugas tersebut. Gengsi menghalanginya. ”Masa mandiin anak kecil aja nggak bisa”, begitu pikirnya.
Sampai suatu pagi, prosesi paksaan mandi kembali dilakukan, tentu dengan bentakan dan pukulan. Sambil menangis pilu, sang anak berkata pada ayahnya : ”Ayah galak,... Ayah jahat...”. Kata-kata itu benar-benar menusuk hatinya.
Selama ini, ia juga kena pukul anaknya. Tapi sakitnya tidak sesakit kata-kata ”Ayah galak, ayah jahat” tadi. Seharian ia tidak bisa bekerja dengan baik. Kata-kata anaknya benar-benar menyentaknya. Tak terasa, matanya berkaca-kaca. Sang ayah menangis. Ia benar-benar menyesal telah memperlakukan anak kesayangannya demikian buruk.
Sejak hari itu, ia tidak lagi memaksa anaknya mandi. Sang anak memang tidak mandi. Paling ganti baju saja. Tapi,... tidak ada tangisan dan teriakan setiap hari. Sang ayah kembali berpikir bagaimana membuat anaknya senang mandi tanpa paksaan, teriakan apalagi pukulan. Berbagai alternatif muncul. Beberapa dicoba. Gagal total. Tapi sang ayah tidak menyerah. Ia kembali mencari cara yang lebih baik.
Sampai suatu ketika, suatu kesadaran baru timbul. Sang ayah sadar, membuat anaknya senang mandi adalah sudut pandang yang keliru. Bagi anak usia tiga tahun, tidak ada aktivitas yang disenanginya, kecuali bermain. Jadi pertanyaannya bukan bagaimana membuat anaknya senang mandi, tapi bagaimana bersenang-senang dengan anaknya, termasuk ketika mandi. Pemikiran ini menggeser fokus dan pendekatannya. Dari fokus pada anaknya menjadi fokus pada dirinya sendiri.
Kesadaran ini membuat sang ayah merubah perintah mandi : ”Nak, mandi sana!” menjadi ajakan untuk bermain : ”Nak, main air yuk...”. Selain itu, mandi justru menjadi aktivitas sampingan. Aktivitas utamanya adalah main. Dari mencuci bola anaknya, membuat gelembung sabun, main robot-robotan di air, mengisi air ke botol, dan sebagainya. Mandi pun menjadi aktivitas yang menyenangkan.
Beberapa kali, sang anak memang masih tidak mau mandi. Tapi, hal ini bukan lagi suatu masalah besar. Sang ayah menjadi sangat kreatif dan sabar mencari permainan yang akhirnya membawa mereka ke kamar mandi, main air dan mandi. Makin lama, proses main dan mandi ini menjadi makin cepat. Dan akhirnya, suatu pagi sang anak berkata pada ayahnya: ”Yah, mandi yuk...” Sang ayah pun langsung memeluk dan menggendong anak tercintanya. Dengan mata berkaca-kaca, sang ayah berkata: ”Ayuk...”
Saudara, mendidik anak membutuhkan kesabaran, bukan kemarahan. Kreatifitas menjadi penting dalam proses menumbuhkan kesabaran ini. Anda tidak akan jadi orang tua yang sabar bila anda tidak kreatif. Kekerasan dalam memperlakukan anak tidak akan mendidik apapun selain dendam.
Dalam kasus di atas, diperlukan banyak waktu untuk menjalin cinta dan keakraban antara sang ayah dengan anaknya. Tidak efisien. Tapi memang bukan efisiensi (hemat sumberdaya) yang menjadi fokus utama dalam mendidik anak. Efektifitas (tujuan tercapai dengan baik) adalah fokusnya. Jadi, asalkan terjalin cinta tulus antara orang tua dengan anaknya, masalah diperlukan banyak waktu, tenaga, pikiran, dana, dan sebagainya tidak lah menjadi masalah.
Nah saudara, jangan salah fokus. Jangan ingin cepat-cepat mendidik anak. Tenang saja. Anda punya waktu yang berlebih untuk mendidik anak dan terutama mendidik diri anda sendiri untuk menumbuhkan cinta tulus diantara anda dan buah hati anda.
Baca tulisan itu, saya jadi banyak merenung dan berpikir apa yg sebaiknya saya lakukan untuk menghadapi masalah -males bangun pagi nya- Rania. Akhirnya, saya coba pagi-pagi saya stel lagu kesukaan dia, Goyang Duyu-nya Project Pop. Cukup kencang sampai bikin dia kebangun. Ternyata mampu bikin dia mau buka mata walau males-malesan. Dah gitu, saya stel lagi lagu Puspa-nya ST12. Sampai akhirnya dia bangun dan mondar-mandir. Trus baru saya bujuk dia ke kamar mandi, sambil nyanyi2. Pake baju dan siaplah dia ke sekolah, walau telat 10 menit.
Wuihhh.... perjuangan yg gak bisa dibilang mudah. Itulah, yg bikin saya jadi semangat. Saya berhasil bujuk Rania sekolah tanpa ada ocehan dan tangisan. Sampai berapa lama cara itu bisa berhasil, saya juga gak tau. Doakan saja semoga saya juga jadi lebih sabar (ya Allah, amin..) dan lebih kreatif lagi.
Wednesday, December 10, 2008
Did I marry the right person..?
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Cerita di bawah ini sangat bagus, bagi yang masih single maupun yang sudah
menikah. Bagi mereka yang masih single bisa mengambil pelajaran dari
cerita ini, dan bagi yang sudah menikah cerita ini bisa jadi guideline
untuk meningkatkan ikatan pernikahan yang udah dijalani.
"Apakah saya menikah dengan orang yang tepat?"
Dalam sebuah seminar rumah tangga, seseorang audience tiba-tiba
melontarkan pertanyaan yang sangat lumrah, "Bagaimana saya tahu kalo saya
menikah dengan orang yang tepat?" Saya melihat ada seorang lelaki bertubuh
besar duduk di sebelahnya jadi saya menjawab "Ya... tergantung. Apakah
pria disebelah anda itu suami anda?"
Dengan sangat serius dia balik bertanya "Bagaimana anda tahu?!"
"Biarkan saya jawab pertanyaan yang sangat membebani ini."
Inilah jawabannya
SETIAP ikatan memiliki siklus.Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda
merasakan jatuh cinta dengan pasangan anda. Telpon darinya selalu
ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya, dan begitu menyukai
perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat begitu menyenangkan.
Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit. Jatuh cinta merupakan
hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu spontan. Nggak perlu
berbuat apapun. Makanya dikatakan "jatuh"cinta
Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku mabuk cinta". Bayangkan
ekspresi tersebut! Seakan-akan anda sedang berdiri tanpa melakukan apapun
lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada anda. Jatuh
cinta itu mudah. Sesuatu yang pasif dan spontan. Tapi setelah beberapa
tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar. Perubahan ini
merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan. Perlahan tapi
pasti.. telpon darinya menjadi hal yang merepotkan, belaiannya nggak
selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat bukannya jadi hal
yang manis tapi malah nambahin penat yang ada.
Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu.
Namun bila anda memikirkan tentang rumah tangga anda, anda akan mendapati
perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan, pada saat anda jatuh
cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan
selanjutnya.
Dan pada situasi inilah pertanyaan "Did I marry the right person?" mulai
muncul, baik dari anda atau dari pasangan anda, atau dari keduanya.. Nah Lho!
Dan ketika anda maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta
yang pernah terjadi, anda mungkin mulai berhasrat menyelami eforia-eforia
cinta itu dengan orang lain. Dan ketika pernikahan itu akhirnya kandas.
Masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidak bahagiaan itu dan
mencari pelampiasan di luar. Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk
pelampiasan ini, menginkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas..
Sebagian orang memilih untuk menyibukan diri dengan pekerjaannya, hobinya,
pertemanannya, nonton TV hingga merasa bosan, ataupun hal-hal yang
menyolok lainnya..
Tapi tahu tidak?! Bahwa jawaban atas dilema ini tidak ada di luar, justru
jawaban ini hanya ada di dalam pernikahan itu sendiri. Selingkuh?? Ya
mungkin itu jawabannya. Saya tidak mengatakan kalau anda tidak boleh
ataupun tidak bisa selingkuh. Anda bisa! Bisa saja ataupun boleh saja anda
selingkuh dan pada saat itu anda akan merasa lebih baik. Tapi itu bersifat
temporer, karena setelah beberapa tahun anda akan mengalami kondisi yang
sama (seperti sebelumnya pada perkawinan anda).
Karena (pahamilah dengan seksama hal ini)
KUNCI SUKSES PERNIKAHAN BUKANLAH MENEMUKAN ORANG YANG TEPAT, NAMUN KUNCINYA ADALAH BAGAIMANA BELAJAR MENCINTAI ORANG YANG ANDA TEMUKAN, DAN TERUS MENERUS..!
Cinta bukanlah hal yang PASIF ataupun pengalaman yang spontan. Cinta TIDAK
AKAN PERNAH begitu saja terjadi. Kita tidak akan bisa MENEMUKAN cinta yang
selamanya, tapi kita harus MENGUSAHAKANNYA dari hari ke hari.
Benar juga ungkapan "diperbudak cinta" Karena cinta itu BUTUH waktu,
usaha, dan energi. Dan yang paling penting, cinta itu butuh sikap BIJAK.
Kita harus tahu benar APA YANG HARUS DILAKUKAN agar rumah tangga berjalan
dengan baik. Jangan membuat kesalahan untuk hal yang satu ini. Cinta
bukanlah MISTERI.
Ada beberapa hal spesifik yang bisa dilakukan (dengan ataupun tanpa
pasangan anda) agar rumah tangga berjalan lancar. Sama halnya dengan hukum
alam pada ilmu fisika (seperti gaya Gravitasi), dalam suatu ikatan rumah
tangga juga ada hukumnya. Sama halnya dengan diet yang tepat dan olahraga
yang benar dapat membuat tubuh kita lebih kuat. Beberapa kebiasaan dalam
hubungan rumah tangga juga DAPAT membuat rumah tangga itu lebih kuat. Ini
merupakan reaksi sebab akibat. Jika kita tahu dan mau menerapkan
hukum-hukum tersebut, tentulah kita bisa "MEMBUAT" cinta bukan "JATUH".
Karena cinta dalam pernikahan sesungguhnya merupakan sebuah DECISION, dan
bukan cuma PERASAAN..!
Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk
dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan
cara yang sempurna.
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh